Dendamku Kepada Pemerkosa Istriku

Hampir empat bulan sejak kejadian itu berlalu menimpa keluargaku dan terutama istriku Merry. Sifatnya sekarang berubah drastis hingga sekarang. Menjadi perempuan yang pemurung dan tidak riang seperti dulu.

Aku sebagai suami sangat memaklumi hal ini. Kejadian di Januari itu memang benar benar merupakan sebuah peristiwa tragis baginya.

Hingga sampai saat ini aku juga tidak melaporkan peristiwa itu kepada kepolisian, karena aku tahu itu akan sangat menyedihkan buat Merry.
Kejadian ini aku tutup rapat kepada orang lain yang tidak aku kenal.

Hanya kepada beberapa orang teman dan bawahanku saja aku bercerita, dan mereka pun sangat bersimpati kepadaku. Dari mereka juga aku selalu mendapat dukungan.

Dengan hampir berlalunya waktu empat bulan itu aku ternyata tidak juga tinggal diam. Sebagai seorang pimpinan yang mempunyai banyak anak buah. Aku telah memilih beberapa dari mereka sebagai intel yang harus bisa menemukan kelompok perampok bejat itu. Sebanyak lima orang dari mereka yang telah aku pilih.

Dalam dua bulan pertama mereka telah mengendus keberadaan dari kelompok perampok itu. Tentu saja keberadaan Wok yang sangat aku targetkan.

Kelima orang anak buahku telah kupercaya untuk memata matai setiap gerak geriknya. Setiap kebiasaannya, tempat tinggalnya dan semua keluarganya. Dan selama dua bulan itu anak buahku cukup sukses melacak keberadaannya.

Semua informasi detail telah aku dapatkan sehingga aku merasa itu cukup sebagai petunjuk tindakanku selanjutnya. Dan aku suruh mereka untuk standby saja menunggu perintahku selanjutnya.

Hari hari berikutnya aku habiskan dengan bergelut bersama rutinitasku, dan menekuni kembali bisnisku dengan serius.

Temanku saat inilah yang hanya bisa menjadi tempat aku bercerita. Hingga pada suatu ketika aku sedang bersantai dengan Andre temanku. Aku dikenalkan oleh dia kepada temannya yang aku kenal selanjutnya dengan nama Beni.

Beni aku kenal sebagai orang yang cukup disegani. Aku tahu dia bekerja sebagai becking keamanan di sebuah Hotel berbintang 3. Yang berada di Jakarta yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan malamnya yang sangat terkenal.

Dengan didampingi Andre yang menjelaskan bahwa aku akan menjadi salah satu dari pemasok dana rutin untuknya. Maka Beni dengan segera menjadi teman sekaligus partner yang dipercaya oleh Andre dapat membantuku.

Dalam pertemuanku yang ketiga kalinya dengan Beni dan Andre, aku akhirnya menjelaskan semua yang terjadi dalam Bulan Januari itu. Dan kisah tentang kejadian tragis yang menimpa aku serta Merry tercurah kembali.

Aku masih bisa dengan lancar menceritakan kisah itu. Menceritakan dengan detail karena peristiwa sadis itu begitu tandas terekam di memori otakku. Beni terlihat sangat serius menyimak ceritaku. Dan percakapan berikutnya terlontar spontan saja.

Lalu sekarang boss ada rencana tindakan apa? Tanya Beni sambil menghembuskan asap dari Marlboro yang dihisapnya dari tadi.

Aku sudah memerintahkan anak buahku untuk melacak keberadaan bangsat itu jawabku pelan.
Trus…sudah ketemukah lanjut Beni. Sampai saat ini aku sudah mengantongi semua informasi lengkap dari dia tandasku.

Hmm..trus kelanjutan dari info itu?
Apa pasukan boss akan diminta langsung menghabisi mereka?
Itu sangat gampang kan?

Aku masih terdiam karena aku merasa bahwa aku harus mengutarakan niatku yang terpikir saat itu.

Pengalaman itu begitu buruk buat istriku, efeknya masih terasa sekali sampe sekarang. Oleh karena itu aku pengin bisa membalas kelakuan dia terutama pada istriku

Andre yang sedari tadi menyimak akhirnya menimpali. Maksudnya begini Ben, temenku gak mau hanya dengan membalas menghabisi mereka. Tapi apa yang mereka lakukan pada istrinya harus mereka alami juga

Aku melirik sebentar pada Andre, dan Andre pun mengedipkan matanya sambil tersenyum.
Tampak Beni mengangguk angguk tanda mengerti dan maklum akan maksudku. Sambil menghembuskan asap rokoknya dia keliatan berpikir sejenak.

Kamu kan sekaligus yang memasok cewek disini ben, masak kamu gak bisa menghandle seorang perempuan sih? timpal Andre sambil ketawa kecil.

Iya ngerti…ngerti… , jawab Beni.

Kalo memang itu yang boss inginkan, jujur saja aku juga pernah ngasih punishment sawa cewek disini yang bandel…..
Yaahh…bisa mirip mirip seperti itulah, sedikit maen sadistic dan bondage.

Hee..hee…pakarnya dah ngerti langsung neh , kata Andre
Btw boss…boleh liat orang itu kayak gimana sih? Katanya dah dapat detail infonya tadi

Ku segera merogoh ke saku tas Gucci ku, mencari beberapa lembar foto dari sebuah amplop cokelat.
Beberapa foto si bangsat Wok berpindah ke tangan Beni, yang langsung diliat dia sambil memicingkan matanya. Dia hanya mengangguk saja kemudian.

Trus…orang yang si boss pengin kerjai kayak cerita tadi? tanya Beni sambil mengembalikan foto Wok.

Dengan agak ragu ragu aku mengulurkan tiga buah lembar foto postcard yang aku percayai sebagai perempuan ato istri dari Wok.
Tampak Beni menerima ketiga foto itu dan mengamatinya dengan seksama, agak lama dia melihat dan seperti merenunginya.

Setelah itu dia menelungkupkan ketiga foto itu dimeja yang langsung disambar sama Andre.
Agak terkejut juga Andre melihat wajah yang ada di foto itu.

Waooww….Tantangan neh, ujar Andre.

Yang dilihat Andre dalam foto itu adalah foto dari perempuan separo baya dengan usia sekitar 32 tahun yang sedang duduk di sebuah kursi di taman.
Lalu foto perempuan itu lagi menunggu angkutan di pinggir jalan yang di zoom dan perempuan itu lagi menelpon di dekat sebuah toko yang juga di zoom.

Yang menarik adalah perempuan itu tampak mengenakan kerudung lebar berwarna putih pada 2 foto dan kerudung warna merah pada satu foto lagi. Wajah perempuan itu cukup cantik dan tampak lugu, dengan tinggi badan sekitar 165 cm.

Satu hal yang membuat Andre tersenyum sendiri karena melihat dengan jelas bahwa dengan kerudung lebarnya. Siapa saja pasti melihat sebentuk tonjolan yang keliatan kentara menggumpal dibalik kerudungnya. Membentuk gundukan yang cukup membuat mata lelaki nanar melihatnya.

Beni lalu berkomentar, akan kupastikan permainan ini menarik bagi boss. Siapkan saja anak buah untuk eksekusi, kelanjutannya aku yg akan ngatur nanti.
Kata Beni sambil mematikan rokoknya yang masih separuh.

Dia lalu berdiri dan mengajak bersalaman aku tunggu info selanjutnya.
Akupun segera menyambut jabat tangan nya dan berjanji segera memberi kabar kepadanya.

PERSIAPAN EKSEKUSI
Hampir tepat empat bulan setelah peristiwa itu maka tindakan yang telah kurencanakan akan segera dilakukan. Semua persiapan telah dijalankan dengan matang. Aku dengan kelima anak buahku serta Beni yang akan membantu untuk kelanjutannya.

Dua kendaraan Fortuner hitam legam yang akan aku jadikan piranti eksekusi hari itu. Satu kendaraan menjemput si Wok dan satu kendaraan lagi yang akan menjemput istrinya.

Wok rencana akan kita jemput dari sekitar tempat mangkalnya yaitu parkiran sebuah Mall cukup besar. Dan aku merasa empat orang anak buahku cukup untuk menghadapi dia. Sementara aku dan Beni dan seorang anak buahku lagi sebagai driver akan menunggu istrinya sepulang dari pasar.

Mobil pertama yang berisi keempat anak buahku tampak berjalan pelan memasuki kawasan parkiran Mall tempat Wok mangkal. Berputar memastikan bahwa mobil itu dilihat Wok dan diarahkan oleh dia untuk parkir.

Benar saja, Wok tampak segera mengarahkan mobil kami yang seakan malah berputar putar mencari parkir yang enak.

Sini aja bang…mundur sini teriak Wok tanpa tahu rencana kami.
Ayo..mundur…mundur…terusss…lurus aja pelan.

Mobil kami terus mundur mengarah ke dia, dan begitu jarak dengan batas tinggal satu meter dan Wok berteriak STOP saat itu juga pintu bagasi menjeblak terbuka. Dua orang anak buahku tampak dengan cepatnya melompat menyergap Wok.

Satu orang dengan kerasnya melayangkan sebuah tinjuan Hook kanan yang dengan telaknya mengenai rahang Wok. Membuatnya terpelanting hampir jatuh. Seorang lagi segera melayangkan tendangan ke dada Wok membuatnya jatuh terlentang dengan kerasnya.

Sebuah jaket dengan cepatnya meringkus dan melingkar di leher Wok. Menariknya keras ke dalam bagasi mobil, melemparkannya hingga wajahnya membentur jok tengah dengan kerasnya.

Membuat darah keliat mengucur deras dari hidungnya dan membuat tubuhnya terkapar pingsan di bagasi belakang. Seorang anak buahku segera naik dan menutup pintu bagasi. Sedangkan yg berhasil menyarangkan pukulan pertama tadi naik lewat pintu samping kanan.

Mobil segera melesat keluar kembali dari area Mall dengan cepatnya. Meninggalkan beberapa orang penjual yang seakan ternganga melihat kejadian tersebut tetapi juga tak berdaya untuk berbuat sesuatu.

Sementara di dalam mobil Wok segera di ikat erat dengan sebuah borgol di tangan dan kakinya. Plester lakban abu abu segera mentup erat mulutnya hanya menyisakan lubang hidung untuk bernafas. Dengan demikian mobil tinggal menuju ke lokasi eksekusi yang sudah disiapkan oleh Beni.

Di mobil kedua, begitu aku mendengar laporan bahwa Wok telah dikondisikan. Segera aku perintahkan driver untuk menyusuri lokasi pasar tempat istrinya biasa berada. Dengan sabar kami menunggu sekitar sampai satu jam.

Akhirnya dari balik sebuah gang muncul wanita berkerudung putih yang persis seperti yang ada di foto kemarin.
Dengan tenangnya Beni menyiapkan aksinya,. Tenang boss…aku sudah biasa mengatasi kayak gini.

Aku melihat Beni tampak menyiapkan sebuah lap yang dibasahi dengan cairan dari sebuah botol kecil. Cewek segarang apapun pasti langsung lemas boss…hehehe..liat aja nanti Kata Beni kepadaku.

Mobil ku diparkirkan persis di sebelah gang, menutup jalan akses sekaligus menutup pandangan dari sekitar. Beni pun lalu turun dan berjalan santai ke sebuah depan toko yang terlihat sedang tutup saat itu. Ketika perempuan itu lewat, dengan santai tanpa acuh Beni menabrakkan dirinya ke tas nya. Membuat tasnya terpelanting terjatuh ke trotoar.

Ohh.. maaf bu…maaf gak sengaja kilah Beni.
Aduh…gimana sih jalan kok gak liat liat, tukas perempuan itu.
Maaf…maaf sini saya bantu beresin tasnya , kata Beni

Beni segera beranjak menunduk mengambil semua tas dan beberapa barang yang tercecer di situ. Begitu bangkit dengan cepatnya tangan yang di balik tasnya menyergapkan sebuah kain lap ke mulut dan hidung perempuan itu.

Menutup wajahnya dengan tas yang tadi terjatuh sehingga pemandangan itu tidak terlalu mencolok bagi orang sekitar. Wanita yang keliatan sangat terkejut itu tampak menjadi sempoyongan mencium aroma obat yang ada di kain yg dibekapkan ke mulutnya.

Dan Beni langsung memapah wanita itu masuk ke mobil lewat pintu samping kiri. Membuat posisi wanita itu tertelungkup di jok tengah, masih sambil membekap mulutnya dengan bius dia memastikan wanita itu sudah pingsan. Akupun segera memerintahkan sopir meninggalkan tempat itu menuju tempat eksekusi yang sudah disiapkan.

Dalam perjalanan akupun sempat berdebar debar akan kejadian itu, sesekali melirik ke belakang dimana Beni sudah mulai mengikat tubuh perempuan yang sudah pingsan itu. Perempuan yang menurutku cukup cantik sesuai dengan yang terlihat di foto. Dengan demikian aku yakin bahwa aku tidak salah sasaran saat itu.

Beberapa waktu berlalu kami pun sampai ke tempat tujuan kita. Sebuah basement dari sebuah hotel yang aku tahu merupakan kawasan yang dikuasai oleh Beni. Karena dengan begitu yakinnya dan tanpa sembunyi setelah masuk ke lokasi itu.

Beni segera membopong tubuh wanita itu masuk kedalam dan menuruni tangga ke sebuah area basement yang cukup gelap. Akupun turun dan berbelok sebentar ke toilet. Mencoba sedikit menenangkan diri akibat aksi ini, menyiapkan diriku dan perasaan ku.

Akhirnya aku lalu mengenakan penutup kepala sesuai anjuran Beni untuk mengaburkan identitas. Setelah sebelumnya membasuh muka dan wajah akupun lalu memasuki basement itu, menuruni beberapa anak tangga batu.

Kemudian berbelok ke kanan menyusuri lorong sempit yang Cuma diterangi beberapa lampu pijar. Lalu masuk ke kanan, ke sebuah ruang yang sudah diberitahukan oleh Beni sebelumnya.

Segera setelah memasuki ruangan itu akupun melihat anak buahku yang juga sudah mengenakan penutup wajah sedang menjaga Wok .Yang kuingat jelas wajahnya terikat erat erat ke sebuah kursi persis seperti kondisiku dulu waktu dirampok oleh dia.

Hanya kali ini ikatan pada kursi itu begitu rapi dan kuatnya mengekang semua pergerakannya dari tangan hingga kaki. Cuma wajahnya yang tertutup lakban pas di mulutnya saja yang masih bisa bergerak bebas.

Wajah Wok saat itu tampak keliatan bingung dengan apa yang dialaminya, tetapi hal ini tidak menyurutkan dendamku padanya. Semakin lama kuperhatikan maka ingatan akan kelakuan dia dulu semakin jelas terbayang. Tanpa sadar akupun melangkah mendekatinya.

Dan seketika itu pula kaki kananku yang memakai sepatu boot dengan kuatnya kutendangkan tepat mengenai wajahnya. Alhasil Wok langsung terguling sekaligus dengan kursinya. Kepalanya terbentur lantai dengan kerasnya. Dia hanya mengaduh sebentar dan terengah engah.

Dengan sigap anak buahku mengembalikan posisi duduknya kembali. Dan seketika itu juga hantaman tangan ku bertubi tubi mengenai rahang dan dagunya. Kanan kanan kiri kanan kiri kiri kanan kanan dan seterusnya hingga aku akhirnya melihat cucuran darah merah keluar dari hidung dan sudut bibirnya.

Tangan Beni yang akhirnya menghentikan hantaman ku yang membabi buta saking geramnya. Dia tampak mendorongku surut ke belakang dan memegang bahuku, mencoba menenangkanku yang sudah seperti orang kesurupan. Akupun hanya bisa menahan geram hingga nafasku turun naik tidak teratur.

Sabar boss….sudah cukup kiranya, Beni menenangkanku.
Jangan lupa kita masih ada yang mesti dilakuin,biar ini jadi urusanku sekarang.

Beni lalu berjalan menghampiri Wok dengan pelan. Dari tempat agak kejauhan aku melihat dia mengajak bicara Wok yang tampaknya ditanggapi Wok dengan tidak sepaham. Beberapa kali Beni tampak menekankan sesuatu padanya tetapi Wok Cuma menggelengkan kepalanya berulang kali.

Dan yang terjadi berikutnya sikut Beni dengan kerasnya menghajar pelipis kanan Wok. Membuatnya terjungkal untuk kesekian kalinya dengan wajah yang sudah merah lebam akibat pukulanku tadi. Kembali dia didudukkan oleh anak buahku hingga tegak.

Dan seorang lagi tampak mengguyur kepala Wok dengan segayung air yang membuat Wok mendengus dengus dan mengibaskan kepalanya.
Beberapa saat kemudian Beni lalu mendekatinya lagi, dengan pelan dia berkata.

Aku sudah tau kamu ini siapa. Apa saja yang sudah kamu lakukan. Dan aku tandaskan bahwa aku tidak takut dengan kamu atau temanmu juga. Kata Beni
Hari ini sudah berapa kali kamu merampok hah? Menjarah ato membunuh bahkan kadang kamu memperkosa perempuan dari korbanmu.

Wok tampak terdiam saja mendengar perkataan Beni.
Dan setauku kamu mempunyai perilaku aneh yang sering kamu lakukan pada perempuan. Kamu tahu maksudku?

Wok hanya menggeleng saja. Beni lalu menghampiri meja di sebelahnya, meraih sesuatu dari kotak diatas di meja lalu menunjukkan nya di depan wajah Wok.
Sebuah bulu angsa panjang berwarna abu abu digerak gerakkan dalam jari Beni.

Apakah yang kamu lakukan kepada perempuan apabila kamu mempunyai benda ini? tanya Beni sambil terus menunjukkan bulu angsa itu kepada Wok.
Karena tidak ada tanggapan dari Wok, maka Beni meninggalkan nya menuju sebelah. Membuka pintu yang ternyata dari tadi terdapat disitu tanpa aku ketahui.

Sebelum aku tahu apa yang akan muncul dari pintu, mulut Wok langsung dilakban dengan ketatnya hingga Cuma meninggalkan hidungnya untuk bernafas. Membuat dia tampak terengah engah akibat begitu ketatnya lilitan lakban di mulutnya itu.

Dan sebentar kemudian aku baru sadar teman Beni yang aku ketahui merupakan banci di klub itu. Dengan penampilan yang kekar namun gemulai nampak membopong perempuan yang aku tahu pasti itu istrinya Wok masuk ke dalam ruangan. Dengan santainya dia menurunkan istri Wok yang dalam posisi terikat erat itu ke lantai.

Perempuan itu begitu tahu kondisinya dan menyadari bahwa suaminya berada di situ dalam posisi terikat di kursi dan mulut dilakban. Langsung berteriak teriak histeris. Wok juga terlihat sangat terkejut menyadari istrinya berada di situ juga.

Saprol julukan teman Beni itu nampak menahan tubuh istri Wok itu tetap terduduk di lantai.
Heitsss…jangan ribut say….suamimu aman kok. Kata Saprol

Istri Wok tetap tidak bisa menahan dirinya untuk berontak. Tetapi posisi dan ikatan pada pergelangan tangan, siku dan pergelangan kakinya telah membuatnya tidak berdaya. Apalagi dengan posisi Saprol yang menahan bahunya.

Aku perhatikan ke samping dan terlihat Beni ternyata masuk kembali sambil mendorong sebuah ranjang yang seingatku mirip sekali dengan ranjang di rumah sakit. Lengkap dengan dudukan kepala yang bisa ditegakkan. Ternyata Beni kembali tidak sendirian lagi.

Seorang perempuan tinggi kurus dengan rambut ekor kuda nampak menyertainya. Perempuan itu akhirnya aku ketahui namanya Vie, seorang didikan Beni yang menjadi penari erotis di klubnya Beni.

Beni menghampiriku sambil berkata pelan di telingaku, akan kita buat semenarik mungkin tontonan ini buat boss.
Aku Cuma mengangguk saja dan lalu duduk di sebuah sofa dekat situ. Beni nampak bergerak ke tengah ruangan, berada diantara Wok dan istrinya.

Dia lalu menoleh ke wok, menyeringai sambil berkata, berhubung kamu tidak bisa bicara, maka kita selanjutnya akan bicara kepada istri kamu saja. Wok melihatnya dengan nafas masih terengah engah.

Siapa nama kamu nyonya cantik? tanya Beni pada istri Wok.
Perempuan itu hanya memandang dengan sinis pada Beni tanpa menjawab.

Apakah kamu tahu ini apa? tanya Beni lagi sambil menunjukkan bulu Angsa tadi kepadanya. Perempuan itu tetap tidak menjawabnya.
Aku kasih tahu kamu nyonya cantik, bahwa suamimu itu sangat suka memainkan benda ini pada wanita lain.

Istri wok masih tampak tidak mengerti maksudnya sehingga Beni melanjutkan lagi omongannya.
Aku tahu bahwa suamimu tidak hanya pernah memainkan ini saja tetapi banyak benda lain yang dia pakai untuk itu.

Dan malam ini kita mau tahu gimana reaksi suamimu kalo kita memainkan benda benda itu pada istrinya
Seketika itu juga Wok tampak berontak sambil mendengus dengus, tetapi juga tidak berdaya dalam posisinya itu.

Aku merasa bahwa saat itu, perasaan seperti itu juga yang pernah aku rasakan seperti dirasakan Wok sekarang. Dan tanpa terasa aku mulai menikmati permainan ini.

Apakah kamu sadar suamimu punya kelakuan aneh dalam sex?Aku kasih tau saja nyonya cantik, bahwa suamimu pernah memperkosa wanita lain dan mengerjai nya sekaligus.

Apa kamu ngerti kalo sebelum memperkosa wanita, suamimu suka menggelitik nya lebih dulu?

Beni memaparkan dengan kalimat sepelan mumgkin supaya dimengerti isinya.

Apa maksudmu? Aku tidak tau….lepaskan aku…lepaskan suamiku rengek istri Wok

Oh…tentu tidak segampang itu nyonya cantik. Kasihan temenku yang sudah aku undang kesini donk.
Temenku ini (Saprol) sangat lihai dalam menangani perempuan tentunya..hehehe..dan temen wanitaku itu yang akan membantu nyonya tentunya…hahaha

Istri wok tetap tidak mengerti dan tetap berusaha berontak dan merengek minta dilepaskan.
Baiklah kalo begitu, biar nyonya segera tahu apa maksud kita….oke guys kita kerjai sekarang.

Tapi mohon maaf nyonya cantik kalo kita kurang ajar nanti dengan melepas kerudung mu itu. Karena permainan ini baru terasa asyik kalo kondisi nyonya apa adanya saja…hahahaha.

Beni segera memerintahkan anak buahku dengan kibasan tangannnya. Segera saja bagai robot dipijit tombolnya anak buahku menghampiri istri Wok. Masing masing memgang bahu atas dan mendekap kakinya yang masih terikat dan langsung diangkat ke ranjang itu.

Istri wok mulai berontak sambil berteriak teriak tapi percuma karena tenaga lima orang yang harus dilawannya sementara kondisinya sendiri dalam keadaan masih terikat.

Wok juga nampak berusaha melepaskan diri dari kursi tetapi apa daya ikatan dikursinya erat sekali. Dia hanya bisa mendengus dengus marah melihat kondisi istrinya yang diringkus oleh anak buahku.

Pemandangan berikutnya yang terlihat berupa pergumulan tidak seimbang antara perempuan dengan lima orang lelaki yang hendak meringkusnya di ranjang. Anak buahku melepaskan semua ikatan di tangan dan kaki istri wok tetapi juga dengan segera ganti mengikat tangannya ke samping ranjang kiri dan kanan.

Pergelangan tangannya di ikat dengan sabuk sementara lengannya dikaitkan dengan tali juga, sementara kedua kakinya nampak direntangkan. Telapak kakinya dimasukkan dalam sebuah celah yang kemudian dikunci sehingga mengikat kedua pergelangan kakinya di bawah ranjang dalam posisi kaki terentang.

Beberapa saat kemudian yang terlihat adalah seorang perempuan yang tampak berontak dengan sia sia dalam posisi telentang di ranjang dengan kedua tangan terikat di sisi sisi ranjang. Saprol yang kayaknya sudah mulai terangsang dengan pemandangan itu lalu menghampiri ranjang.

Maaf yha sus…jilbabnya aku lepas neh. Kelakar Saprol

Dengan perlahan kain putih lebar itupun disingkapkan langsung keatas, melewati dadanya, lehernya dan akhirnya lepas seluruhnya melalui kepala.

Baru aku sadar dalam kondisi demikian aku melihat adanya kemiripan antara istri Wok dengan juru masak cantik Chef Marinkha yang sering muncul di tv itu. Mirip dalam hal wajah dan tubuh yang sedikit gemuk tetapi montok dan menggemaskan.

Istri wok nampak mengenakan kemeja putih lengan panjang yang nampak serasi dengan bawahan rok abu abu. Yang aku dan saprol perhatikan ternyata jilbab putih itu tadi nampaknya sengaja menutupi bagian dada yang membusung.

Terlihat sekali sekarang betapa besar gundukan di dadanya yang masih tertutupi baju putihnya. Namun membekas di samping keliatan baju dalam dan BH nya yang tercetak samar di balik kemejanya, membuat Saprol juga nampak terpana melihatnya.

Beni lalu menghampiri aku dan duduk di sebelahku.
Kita nikmati aja selanjutnya, katanya sambil menyalakan sebatang rokok.

Aku yang sudah tidak begitu memperdulikan dia lebih tertarik untuk menunggu kelanjutan dari apa yang dilakukan oleh Saprol. Apa yang dilakukan kepada perempuan yang menurutku lumayan cantik juga sih. Kulitnya putih dengan rambut yang kalo tanpa mengenakan jilbab ternyata tergerai sepanjang bahu.

Kamu kurang ajar…. teriak istri Wok yang tak berdaya dengan kelakuan Saprol.

Hehehehe…maaf nyonya…itu baru segitu yang dilepas, belum bajunya yang dilepas lho.

Jangaannnn…kurang ajar…tolong…lepaskan aku. Teriak istri wok yang mulai ketakutan terhadap ulah Saprol itu.

hihihihi….kan aku sudah bilang tidak gampang ngelepasin gitu aja nyonya cantik yang gemesin…hehehe.

Saprol mulai menggoda istri wok. Dia mendekatkan wajahnya ke muka istri wok, memgamati wajah cantik perempuan setengah baya itu dari atas ke bawah. Membuat istri wok semakin ketakutan dan berontak keras.

Cuss….cuss …cuss…ini apaan yha nyonya?

Telunjuk Saprol dengan kurang ajarnya menekan nekan payudara istri wok dari samping. Merasakan betapa kenyal benda itu di ujung telunjuknya.

Kurang ajaarrrr kamu….huh…hiihh….lepasin akuuu. Rengek istri wok sambil terus memberontak keras

Hehehehe…abis kenyal sih….kalo begini…cusss…cusss..cuss..hihihii.

Jari saprol menjamah kebawah lagi dari samping payudaranya megarah ke ketiak, membuat istri wok terkejat kegelian dan meronta menjauhkan badannya dari tangan saprol.

Saprol sangat senang dengan kelakuannya itu

Hehehe….nyonya montok geli yha…ternyata gak tahan geli yha….kalo gitu aku kitik kitik aja yha…hehehe..gimana….mau dikitik kitik gak?

Istri wok tampak sangat marah dengan kurang ajarnya saprol yang terus mengincar ketiaknya.

Apaan sih kamu itu ?…..Toloonnggg…Tolonnnggg. istri saprol tetap berteriak sambil meronta ronta sekarang.

Eitss…ehh..kok malah teriak….hayo diem sekarang…diem…!!. gertak saprol

Sekarang bajunya dibuka yha…hehehehe……

Istri wok semakin keras meronta karena semakin tau apa yang akan diperbuat oleh saprol. Dan saprol seakan bergumam sendiri sambil terus menggoda istri wok.
Tapi kayaknya posisinya gak enak neh kalo mau dikitik kitik….hehe…keteknya aja gak kebuka. Harus dipentangkan dulu neh tangannya kan.

Saprol lalu meraih tuas di samping ranjang itu, menariknya ke samping sehingga bagian lengan ranjang dimana tangan istri wok terikat juga ikut bergerak membuka.

Istri wok semakin keras meronta tetapi tak kuasa menahan lengannya yang perlahan terbuka mengikuti lengan ranjang itu. Terbuka semakin keatas dan terus keatas hingga akhirnya posisi istri wok sekarang persis seperti huruf X . Terentang sempurna pada tangan dan kedua kakinya.

Saprol tertawa kesenangan melihatnya. Melihat tubuh istri wok terpentang tak berdaya. Membuat dadanya semakin membusung akibat tertarik oleh lengannya yang terentang keatas. Posisi itupun tidak disia siakan oleh Saprol.

Dengan cekatan dia naik ke ranjang, tubuhnya menindih istri wok dalam posisi duduk di pinggulnya, kedua kakinya menjepit pinggul perempuan itu. Tangannya lalu mulai menelusuri lengan istri wok. Dari pergelangan tangan yang terikat, turun ke sikunya, turun lagi ke lengan nya yang begitu bulat itu.

Menyusur ke lembah ketiak yang langsung membuat istri wok menggerinjal, mengusap usapnya trus turun ke samping payudaranya. Merasakan kekenyalan buah dada perempuan itu.

Lalu tangannya seakan meraup bukit kenyal yang membusung itu, meremas remasnya dengan gemas yang membuat istri wok tersentak karenanya dan menjerit jerit histeris. Tanpa mempedulikan teriakan nya, Saprol terus memainkan buah dada yang masih tertutup baju itu.

Membuat baju yang dikenakan istri wok kusut tidak karuan. Setelah beberapa saat berlalu, saprol menghentikan remasannya. Dia sempat berpaling pada suara mendengus dengus yang ternyata berasal dari wok yang juga berusaha berontak melepaskan diri. Saprol Cuma menyeringai mengejek wok, lalu melanjutkan aksinya menikmati payudara istri wok.

Namanya siapa sih nyonya? Hemmm…?? siapa namanya? goda saprol sambil tak hentinya meremas payudaranya.

Istri wok Cuma terdiam sambil berusaha memalingkan wajahnya ke samping, tidak menjawab pertanyaan saprol.

Lhoo…ditanya kok gak jawab sih sus? goda saprol lagi

Hemmm….gitu yha…baiklah kalo gitu.

Saprol menghentikan remasan gemasnya, kedua tangan nya mengusap samping payudara istri wok. Menuju ke ketiak dan seketika jari jarinya seakan akan menari di lembah ketiak yang masih tertutup baju itu. Jarinya seakan bermain piano dengan lincahnya. Menyentuh dan mengusap ketiak istri wok yang terpentang itu.

Kitik kitik kitik kitik…..hehehehehe…..kitik kitik kitik kitik…. kelakar saprol sambil terus mengelitik ketiak istri wok.

Reaksi istri wok menjadi sontak terkejut dengan ulah saprol. Beberapa saat digelitik dia hanya meronta ronta dan menggeliat kesana kemari, mencoba meregang sekuat tenaga pada sabuk kulit yang menahan tangannya terentang keatas.

Jarinya bahkan mencoba meremas ujung ikatan pada tangannya yang tentu saja percuma. Sabuk kulit itu tentu saja terlalu kuat untuk bisa diputuskan, sementara lengannya juga tertahan pada sebuah ikatan juga.

Membuat dia tidak bisa menggerakkan lengannya sama sekali, bahkan mencoba berbalik kesamping pun tidak bisa. Sementara jari Saprol makin nakal menggelitik ketiaknya yang terpentang lebar itu. Secara alami sekuat apapun istri wok bertahan akhirnya rasa kegelian itu yang jadi menguasainya.

Hhuuffttt….uuhhh….iihhhh…..jangannn…eehhh…..hihihi….aahhhh….udah hentikan…..hihihiihi….hahahahaha…..emmfftttt.. istri wok yang mencoba bertahan akhirnya tidak bisa menahan geli.

Rontaan yang semakin keras ditimpali dengan ketawa kegelian dari ibu muda akhirnya tidak bisa dibungkam lagi. Semua tampak terpana dengan peristiwa itu. Melihat perempuan yang bergulat liar meronta kesana kemari tak berdaya. Sementara seorang laki laki yang menindih tubuhnya tak hentinya menggelitik ketiaknya.

Akhirnya saprol menghentikan gelitikannya, memberi kesempatan pada istri wok untuk bernafas.
Salah sendiri gak mau bilang siapa namanya. Kata saprol nakal

Setelah itu saprol kembali merundukkan wajahnya ke dada istri wok, kedua jari telunjuknya tampak memutar mutar diatas dada perempuan itu dengan nakal. Siap melancarkan serangan gelitikan ke payudara istri wok.

Sambil mengerling nakal ke perempuan itu, jari nya dengan perlahan mengusap permukaan dada yang perkiraannya pas pada puting susunya.
Usapannya berubah menjadi putaran cepat pada permukaan payudara itu,. Jarinya menjentik jentik dengan cepat membuat istri wok terkejat kejat akibat perbuatannya.

Namanya…..namanya…..kalo gak….yhaaa…kitik kitik kitik kitik…., goda saprol.

Dengan nafas tersengal dan terputus putus mengatasi kegeliannya, istri wok menjawab lemah… Lastri…..

Saprol akhirnya menghentikan gelitikan pada payudaranya.

Ohh..jeng lastri to…..,

Sudah punya anak belum jeng lastri? tanya saprol

Lastri tidak segera menjawab karena masih tersengal nafasnya. Saprol kembali memainkan jarinya di atas wajah lastri, membuat perempuan itu terkejut dan berteriak

Jangann…udah…udah punya, jawabnya gugup melihat jari saprol yang kembali mengincar payudaranya.

Bagus deh kalo dah punya, balas saprol menurunkan tangannya ke samping, tidak jadi menggelitiknya.

Lalu tangannya meraih bagian atas kerah baju lastri, meraih kancing baju yang paling atas. Dengan dua jari dan sekali sentakan, kancing paling atas sudah terlepas. Lastri langsung berontak sambil berteriak lagi, tetapi tidak digubris oleh saprol.

Kancing kedua terlepas, menyusul kancing yang ketiga, dan seterusnya hingga kancing terakhir juga telah terlepas. Tangannya lalu menyibak dengan cepat baju lastri ke samping kanan dan kiri.

Wuuiihh….jengg lastri putiiihh banget yha, goda saprol mengiringi lastri yang masih meronta ronta itu.

Aku sendiri melihatnya sambil menelan ludah. Dibalik baju nya terlihat tubuh perempuan yang sudah tidak bisa dibilang langsing alias sudah sedikit gemuk. Tetapi bagiku itu sangat menggairahkan. Baju dalam tipisnya berupa kutang yang menutup BH nya yang kentara berwarna hitam.

Baju kutang itu sendiri bagian bawah sudah sedikit tersingkap memperlihatkan pusarnya di tengah perutnya yang mulai banyak lemaknya. Dadanya terlihat lebar dan begitu putih, mungkin karena tiap hari tertutup oleh jilbab.

Melihat gundukan payudaranya yang begitu membusung itu aku yakin ukuran payudaranya pasti lebih dari 34. Dengan tangannya yang terentang lebar. Bagian ketiaknya yang putih bersih dan nampak licin tanpa rambut itupun terpentang menantang.

Membuat aku beberapa kali juga ikut menelan ludah melihatnya.
Saprol tanpa menunggu lama segera meraih baju dalamnya. Kutang tipis berwarna putih itupun bagaikan tisu saja disobek dengan mudahnya dari atas ke bawah oleh saprol.

Saprol membuang kutang itu kesamping meninggalkan BH dengan sedikit renda di bagian atas cup nya yang berwarna hitam. Lastri Cuma bisa merengek rengek dan memelas diperlakukan seperti itu oleh saprol. Merengek minta dilepaskan, tetapi tidak didengarkan oleh saprol karena melihat pemandangan yang begitu menggairahkan di depannya.

BH itupun diraih gemas oleh tangan saprol yang lebar, langsung diremas remas dengan gemas dan nafsu. Membuat bukit indah itu tidak karuan lagi bentuknya karena dilumat oleh saprol.

Tanpa diduga Vie si teman Beni sudah berada di depan bagian atas ranjang, tanpa bicara dan tanpa ekspresi, tangan kanannya menelusup ke punggung lastri.
Beberapa detik kemudian terlihat bahwa kaitan BH di belakang punggung lastri sudah terlepas.

Maklum karena Vie tentu saja sudah hafal bagaimana cara melepas baju wanita itu. Tali BH hitam yang masih melingkar di bahu lastri dengan mudah dibetot oleh saprol hingga putus.

Dengan cepat BH itupun sudah dicampakkan ke samping. Meninggalkan bagian atas tubuh lastri yang telanjang bulat. Membuat lastri menjerit jerit histeris sambil berontak liar. Saprol malah turun dari ranjang, membiarkan perempuan setengah telanjang itu berkelojotan di ranjang mencoba melepaskan diri. Sampai ranjangnya ikut berguncang guncang karenanya.

Aku melihat pemandangan itu dengan takjub. Sementara wok suaminya lastri terlihat sudah lemas dan pasrah tak berdaya melihat kondisi istrinya. Sementara dia sendiri masih terkekang oleh kuatnya ikatan dan bekapan lakban di mulutnya.

Vie tampak memandangi wajah lastri tanpa ekspresi, aku sendiri melihat Vie bagaikan tokoh sadis dalam film porno bergenre bondage itu. Yang sering menyiksa pasangannya. Vie seperti sedang mempelajari tubuh lastri, mengamatinya dari ujung rambut hingga bagian bawah tanpa berbicara apapun.

Sementara lastri yang sudah mulai lelah meronta tampak putus asa, terdiam menyadari kondisinya. Menerimanya dengan nafas yang tersengal sengal kecapekan meronta.

Baru akhirnya jelas kulihat tubuh lastri yang menurutku sangat membuat nafsu itu. Payudaranya yang begitu montok membulat layaknya melon dengan warna putih serasi dengan kulit dada dan ketiaknya. Dan aku liat puting susunya yang besar lebih besar dari punya istriku sendiri. Berwarna cokelat cenderung kehitaman.

Pputingnya yang mencuat itu kentara menunjukkan puting susu seorang ibu yang sudah pernah dipakai menyusui, dengan aerola lebar berwarna cokelat juga. Tetapi keliat jelas terdapat gurat gurat halus urat biru yang menyebar dari bagian samping dan atas payudaranya mengumpul menuju putingnya.

Walaupun dalam kondisi telentang pun. Ternyata payudara itu tidak nampak kendor dan melebar namun masih membulat dengan montoknya keatas dengan putingnya yang mengacung tegak. Wah… indah sekali pikirku.

Perut lastri yang sudah nampak gemuk berlemak tetapi masih putih bersih itupun terlihat jelas. Pusarnya yang kecil nampak seperti tenggelam dalam lemak perutnya.

Di bagian lengannya yang terlihat begitu kencang dan bulat menyatu dengan lembah ketiak yang sangat menggairahkan. Tidak nampak guratan guratan kasar pada ketiak itu. Menunjukkan bahwa dia tidak pernah mencukur rambut ketiaknya, namun ketiak itu sendiri licin putih bersih.

Saat ini lastri sudah mulai tenang dan tidak tersengal lagi nafasnya. Sementara Vie masih duduk di samping ranjangnya, lalu saprol pun menghampiri tubuh setengah telanjang itu lagi.

Saat itu juga saprol naik lagi ke ranjang, disebelah tubuh lastri. Lalu spontan dia mengangkat tangannya kepada lastri, menunjukkan dua buah bulu angsa di tangannya.

Bulu itu sendiri berupa bulu angsa panjang yang pangkalnya tertanam pada sebuah bilah kayu. Setiap pangkalnya terdapat dua buah bulu yang berimpit dan menjadi bercabang dua pada ujungnya.

Dengan nakal saprol memutar mutar kedua bulu itu didepan mata lastri yang sudah mulai ketakutan itu.

“sudah siapkah untuk permainan berikutnya ini sayang?” goda saprol

Lastri tidak menjawab melainkan matanya yang terbelalak lebar melihat kedua bulu itu mulai mendekati tubuh telanjangnya. Dengan pelan saprol naik lagi ke pinggul lastri dan kembali mengunci pinggulnya.

“Ayo sayang….neh mau tak kitik kitik yha…hihihihi….siap yha….hmmm,” saprol masih terus menggoda lastri.Kedua tangannya yang memegang bulu tampak bergerak ke samping menghampiri ketiak lastri yang merengek tertahan. Sementara Vie juga tidak tinggal diam. Tangannya nampak membantu menyibak dan menahan singkapan baju lastri ke samping. Sehingga bagian ketiaknya terbuka lebar dan saprol bebas menggelitiknya.

Ujung bulu itu sudah semakin dekat dengan ketiak lastri, membuat lastri histeris tertahan. Dan akhirnya ujung bulu angsa itu mulai menyentuh dan mengusap usap lembut kulit ketiaknya yang putih. Seakan membungkam histerisnya lastri.

Dan bulu itupun mulai dengan gerakan liar yang mengusap menyapu dan melingkar lingkar di lembah ketiaknya. Akhirnya mulut lastri tidak bisa menahan kegelian yang dirasakannya. Ketawa tertahan yang dicoba ditahannya sekuat mungkin akhirnya seakan meledak ledak. Diselingi jeritan histeris, bibirnya sudah tidak bisa menahan untuk tertawa.

Rengekan dan permintaan tolongnya seakan tenggelam seiring usapan lembut bulu yang menggesek gesek simpul sarafnya. Urat lehernya terlihat menegang kuat, jari jari tangannya mengepal dengan kuat. Aku tahu yang dia inginkan hanyalah bisa mengatupkan kedua lengannya, menutup ketiaknya dari ulah saprol.

Tetapi tentu saja itu tidak bisa dilakukannya, lengannya tetap terpentang lebar memberi kebebasan penuh pada saprol untuk beraksi.
Gerakan bulu itu sudah seperti jarum seismograf yang sedang mencatat gempa. Kadang pelan teratur tetapi kadang cepat dan liar.

Saprol sudah sangat pandai memainkannya, terkadang ujung bulu itu ditariknya ke bawah hingga berada di samping payudaranya. Mengusap usap bongkahan gunung indah itu. Lalu naik lagi kembali menyusuri ketiaknya hingga ke bawah lengan, lalu turun kembali.

Begitu berulang ulang dengan gerakan acak sehingga lastri sampai terkejat kejat karena tidak bisa menduga ujung bulu itu akan bergerak kemana. Tubuh montoknya ikut menggeliat geliat mencoba menghindari usapan ujung bulu itu. Sementara rengekannya sudah tidak jelas tenggelam dalam ketawa histerisnya.

Disaat lastri sudah putus asa untuk berontak, tanpa diduga ujung bulu yang bercabang itu menuju putingnya. Sehingga kedua putingnya seakan terjepit diantara dua ujung bulu angsa itu. Saprol berhenti sejenak setelah menempatkan mainannya itu di puting susu lastri.

Beberapa detik kemudian saprol menarik bulu itu pelan sekali dengan gerakan seperti orang sedang menggergaji. Membuat setiap helai ujung bulu angsa itu dengan lincah menggesek dan menggelitik ujung puting susu lastri.

Lastri yang masih tersengal sengal akibatnya seakan akan disengat listrik. Dadanya berulangkali membusung dan terkejat kejat merasakan aliran rasa geli di puting susunya akibat gerakan bulu angsa saprol.

Dengan intens saprol menarik bulunya sampai bawah, lalu kembali lagi diangkat dan diulangi lagi gerakan gergaji tadi dari atas. Membuat lastri hanya bisa mengibas kibaskan kepalanya menahan rasa geli itu. Dia Cuma bisa berharap saprol segera menghentikan permainan bulu itu di putingnya.

Kira kira setelah tujuh kali tarikan dari atas ke bawah, saprol akhirnya mengakhiri gelitikannya pada puting susu lastri. Membuat lastri tergolek lemas. Saprol memandangi wajah lastri sambil terkekeh kesenangan. Bulu angsa itu ditaruhnya di samping ranjang. Lalu kedua tangannya meraih payudara lastri.

Dengan perlahan bukit kenyal itupun diremas remas pada bagian pangkalnya. Sambil mengawasi lastri yang sampai memejamkan mata tidak berani memandang tatapan saprol.

Tiba tiba mulut saprol menghampiri payudara kanan nya. Dan mencium dengan gemas bagian atas payudaranya sambil terus diremas. Kumis tipis saprol sengaja disapukan di sekujur bagian atas payudaranya.

“Hmmmm…….cuppp…cuuppp…ahhhh…HHsshhhh…” saprol sengaja menghembuskan nafasnya diatas kulit putih bergurat biru halus itu.

Akhrnya wajahnya seakan tenggelam sembari mengusapi dada dan bagian atas payudara lastri. Gumaman nya tidak jelas karena sebagian wajahnya tenggelam dalam bola lunak itu. Sembari ditingkah oleh lastri yang menjerit tertahan karena ulah saprol.

Bentuk payudara lastri pun sudah tidak karuan lagi akibat remasan gemas dari tangan saprol. Dan akhirnya saprol pun memutuskan untuk mulai memasukkan ujung payudara lastri dalam mulutnya.

Dimulai dengan puting susu kanan yang dijepit halus oleh bibirnya dan akhirnya sebuah sedotan keras yang membuat tubuh lastri menggeliat kegelian. Lidah saprol sampe berkecipak memainkan puting susunya di dalam mulutnya. Bergantian saprol melakukannya pada payudara kiri dan kanan lastri.

Akhirnya saprol menghentikan sedotan dan remasannya, mulutnya masih mendecap decap seakan akan baru saja meikmati suatu hidangan yang nikmat.

” Hmmm…pentilmu kenyal banget sih jeng…..bikin gemeesssss deh.” Kata saprol sambil menjentik puting susu lastri

“Pokoknya aku belum puas ngenyotnya….bakal tak kitik kitik sampe lemas kamu jeng…..hehehehehe,” Kelakar saprol yang membuat mata lastri terbelalak ketakutan.

“Gantian prol…,” kata Vie tanpa diduga.

Saprol Cuma tersenyum mengiyakan dan turun dari pinggul lastri. Vie pun akhirnya berjalan memutar. Sama seperti saprol dia lalu naik ke pinggul lastri dan mendudukinya, membuat aku teringat bak seperti adegan lesbian dalam film bokep.

Vie ini mengingatkan pada body farah quin, dengan badan langsing tetapi payudara besar. Itu yang terlihat dari setelan blus warna gelap yang dikenakannya. Setelah mengikat rambutnya ke atas, dia lalu bergerak seakan menyelusup diatas tubuh lastri.

Tangan dan jarinya yang bercat kuku hitam seperti tangan dracula menerkam mangsa. Payudara lastri pun diraihnya dengan lembut tanpa ekspresi. Sambil menundukkan wajahnya mendekati payudara itu. Tangan Vie menahan bola lunak lastri ke atas, sambil terus memandang lastri dengan dingin.

Mulut Vie menyusur ke pangkal payudara bawah lastri yang tepat berkenaan dengan perutnya. Lidah Vie menjulur keluar perlahan dan mulai menjilat dengan penuh perasaan persis pada lipatan antara payudara dan perutnya.

Tak disangka dan tak kuduga reaksi lastri begitu keras terhadap perlakuan itu. Tubuhnya berkelojotan bak cacing kepanasan menerima jilatan lidah Vie. Membuat aku juga tersirap melihatnya.

Aku akhirnya maklum. Kenapa sasaran Vie begitu tepat. Karena sebagai perempuan dia tentunya juga mengetahui bagian mana dari tubuhnya yang merupakan titik paling sensitif. Dan dia melakukan itu pada tubuh lastri.

Mataku dah nanar dan berkali kali menelan ludah melihat pemandangan itu. Melihat begitu hebatnya lastri dalam menggeliat geliat kesana kemari. Sementara Vie dengan tenangnya dan perlahan mengusap lipatan itu dengan lidahnya.

Akhirnya payudara lastri pun dilepasnya, tetapi lidahnya masih bergerak menyusuri permukaan payudara lastri menuju ke samping di bawah ketiak. Beberapa kecupan kecil dibuat Vie terhadap bagian samping payudara lastri yang membuatnya berkelojotan.

Akhirnya Vie duduk tegak kembali di pinggul lastri. Tangannya meraih sebuah botol kecil berisi cairan yang mirip baby oil itu dari tepi ranjang. Diteteskannya cairan itu pada kedua puting susu lastri yang masih menegang dan mencuat keras.

Setelah cukup Vie lalu menunduk kembali, kali ini hanya kedua jari telunjuknya yang dijulurkan ke puting susu lastri. Ujung jari telunjuknya lalu mengusap permukaan payudara lastri, tepat melingkari aerolanya yang sudah dilumuri baby oil tadi.

Dengan gerakan perlahan kedua jari telunjuknya mulai memutar mutar seakan meratakan baby oil tadi melingkari puting susunya, tanpa menyentuh lingkaran gelap aerola lastri. Gerakan pelan yang semakin lama semakin cepat itu membuat darahku tersirap, seakan aku bisa membayangkan apa yang dirasakan lastri saat itu.

Dan akhirnya gerakan memutar telunjuk Vie pun semakin cepat melingkari puting susu lastri. Vie tampak sangat menikmati reaksi lastri. Dengan tersenyum simpul dia melihat lastri yang bagaikan cacing kepanasan berkelojotan tidak karuan karena kegelian.

Cukup lama putaran jari telunjuknya melingkar lingkar hingga akhirnya radiusnya semakin mengecil dan mulai melingkari aerolanya lastri. Aku sampe mendekap mulutku sendiri melihatnya membayangkan rasa geli yang sangat menyiksa lastri karena jari telunjuk Vie itu, apalagi dengan lumuran baby oil tadi.

Kepala lastri sampai menggeleng geleng dengan keras ke samping kanan dan kiri mencoba menahan rasa geli itu, tetapi Vie tidak berhenti disitu. Jari telunjuknya sekarang bergerak dari atas menjentik jentik dengan cepat mengenai ujung puting susu lastri yang sudah menegang itu.

Membuat lastri akhirnya menjerit jerit histeris kegelian. Merengek rengek minta dihentikan dan dilepaskan. Tetapi Vie masih dengan terampilnya menjentik jentik ujung puting susu yang sekarang seperti sebuah tonjolan karet itu saking kerasnya sehingga jari jari Vie seakan memantul mantul pada puting susu lastri.

Hampir lima menit berlalu dan Vie lalu menghentikan permainannya. Tetapi dia lalu mengambil sebuah alat yang sepertinya itu sebuah pemeras air susu ibu seperti yang aku pernah liat. Benda mirip terompet kecil dengan selang di ujungnya.

Benda itu lalu ditangkupkan tepat pada puting susu kanan lastri. Dengan tombol elektrik yang ada, lalu dipompa hingga kemudian yang terjadi adalah puting susu lastri mencuat tersedot masuk ke dalam terompet itu.

Vie lalu merangkak naik hingga menduduki perut lastri. Tangannya lalu mengambil sebuah bulu kuas yang cukup panjang. Tampak terlihat bulu dari kuas itu berwarna merah dan lembut.

Lalu dengan perlahan kuas itu dimasukkan melalui pangkal atas dari terompet itu. Dimasukkan dengan perlahan sehingga pada akhirnya bulu merah dari kuas itu nampak melingkupi seluruh puting susu lastri di dalam terompet.

Sambil memandang wajah lastri yang terpana itu, Vie lalu mulai memutar mutar ujung kuasnya. Membuat bulu merah dari kuas itu ikut menggesek dengan lembut puting susu lastri. Menyapu dengan perlahan permukaan lingkaran susunya yang kecokelatan.

Dengan gerakan lembut dan teratur Vie terus memutar mutar kuasnya sambil memandang Lastri yang sudah meronta ronta dan menggeliat kegelian. Beberapa saat berlalu dan terlihat perubahan dari puting susu lastri yang tersedot itu menjadi kemerahan dan tegak meruncing. Sementara bulu kuas itu masih dengan irama pelan terus melingkupi dan menggesek gesek lembut putingnya. Vie pun tampak sangat menikmati permainannya itu.

“Kitik kitik kitik kitik…,” Tiba tiba terdengar suara godaan dari saprol yang berada di bagian bawah ranjang. Sedang menggelitiki dengan brutal telapak kaki lastri.

Tawa lastri pun meledak dengan kerasnya, rontaannya sekarang bertambah liar. Membuat Vie sampe berguncang guncang di atas perutnya dan agak kesulitan memainkan puting susu lastri. Tak hanya digelitiki saja oleh saprol, telapak kaki itu pun terkadang dijilatinya, dan kemudian jari jari kakinya dikulumnya.

Membuat lastri seakan tersengat oleh aliran listrik. Mengejat ngejat sambil masih tertawa cekikikan.

Vie yang tampak kesulitan memainkan puting susu lastri akhirnya melepas alat penyedot asi itu. Lalu jemari tangannya meraih ketiak kanan dan kiri lastri dan langsung menggelitiknya dengan cepat.

Beda dengan saprol yang menggelitik penuh nafsu, tetapi Vie mempermainkan bagian bagian yang dirasanya merupakan titik paling sensitif dari lastri. Seperti tepat di lembah ketiaknya. Di situ dengan tiga jari saja, Vie nampak memainkan permukaan kulit ketiak lastri, seperti sedang bermain piano.

Pemandangan itu tiba tiba saja membuat aku ikut terangsang. Melihat perempuan setengah telanjang yang terpentang tidak berdaya di atas ranjang berontak dengan liarnya karena kegelian. Diatas tubuhnya nampak Vie sambil menunduk sesekali mengecup kecup puting susu Lastri sedang menggelitik ketiaknya. Sedangkan saprol dengan brutal menggelitik telapak kaki, betis dan sesekali mengulum jari jari kakinya.

Tubuh lastri sudah bersimbah dengan keringatnya. Rambutnya yang tergerai sudah awut awutan dan lengket lengket di leher dan dahinya karena keringat. Sementara mulutnya masih sempat merengek minta dilepaskan sembari ketawa kegelian dan cekikikan yang tidak berhenti.

Tubuhnya kadang sampe membusung dan melonjak lonjak saking gelinya dan kuatnya dia untuk berontak. Tetapi Vie dan saprol yang sedang menggelitiknya sama sekali tidak memberi ampun. Bahkan tidak memberi kesempatan pada lastri untuk mengambil nafas.

Yang dirasakan oleh lastri hanyalah kegelian dan kegelian yang begitu hebat. Segala upayanya untuk berontak melepaskan diri sudah percuma. Dan dia hanya berharap kedua orang itu akan berhenti memainkan tubuhnya.

Hampir 15 menit berlalu non stop, akhirnya Vie dan saprol bersama sama menghentikan gelitikannya. Lastri pun nampak tersengal sengal kecapekan. Matanya terpejam, tubuhnya masih nampak menegang kaku akibat digelitik tanpa jeda tadi.

Saprol nampak puas melihatnya dan menghampiri kami sambil menyalakan rokok.
Dengan pelan dia menyentuh pundakku dan mengedipkan mata ke arahku.

“saatnya boss nikmati dia.” Sambil mengerling ke arah tubuh lastri yang masih terbujur lemas.

Vie nampak tersenyum memandangku. Beni juga nampak mendorongku dengan lembut. Seakan mempersilahkan aku mengambil kesempatan berikutnya. Aku pun lalu dengan sedikit ragu mulai bangkit. Saprol tanpa diduga lalu menarik kursi Wok lebih mendekat ke arah ranjang sekitar 3 meter dari ranjang. Sementara Wok juga nampak terkulai lemas dalam ikatannya.

Sebelum aku sampai ke ranjang, Vie dengan sigap menuruni tubuh lastri ke arah kakinya. Lalu dengan cepat tangannya memelorot gaun bawah lastri. Hingga ke bawah lututnya, menampilkan sebentuk celana dalam putih berenda milik lastri.

Lastri yang tidak mengira kejadian itu tampak panik, mencoba berontak lagi dengan sisa sisa tenaganya, tetapi Vie nampak menahan gerakan kakinya. Lalu dengan sebuah cutter langsung dipotongnya juga celana dalam itu dan dilemparnya ke bawah sambil beranjak turun dan tersenyum kepadaku.

Aku pun takjub dan terdiam melihat pemandangan itu. Perlahan aku makin mendekatinya. Adrenalin rasanya sudah terpompa sampe ke ubun ubun. Baru kulihat betapa menggairahkannya tubuh lastri dalam kondisi seperti itu.

Nampak kemaluannya membusung padat dengan ditumbuhi rambut rambut yang cukup lebat, namun masih menampakkan bibibr kemaluan yang sedikit kemerahan dibaliknya.

Akupun lalu menaiki ranjang, mengelus kakinya yang gemuk itu tapi montok menggairahkan. Mengarahkan tanganku ke pahanya naik terus ke atas hingga akupun mulai menyentuh bukit kemaluan lastri. Terasa begitu empuk dan hangat dalam dekapan tanganku.

Aku lalu mengarahkan tanganku ke payudara lastri, merasakan kehangatan dari buah dada yang begitu montok dan kenyal itu, meremasnya perlahan, menyentuh dan merasakan betapa tegang puting susunya.

Akhirnya nafsu kupun memuncak. Setelah melepas celana panjangku, aku pun lalu dengan penuh nafsu menindih tubuh lastri. Tak kuperdulikan lagi kondisi di sekitarku. Termasuk Wok yang tampak menjadi beringas itu.

Aku hanya ingin menikmati tubuh lastri saat itu. Kedua tanganku meremas remas dengan gemas payudaranya, mengecup dan mengenyoti puting susunya. Baru kurasakan betapa nikmatnya memperkosa seorang perempuan.

Tanganku segera bergerak meremas apa saja dari bagian tubuh lastri. Kulit dadanya kuciumi dengan penuh nafsu memburu. Kutenggelamkan wajahku di belahan payudaranya dan kugesekkan kepalaku di situ.

Tanganku juga sempat untuk menggelitik ketiak lastri. Baru aku merasakan bahwa memainkan tubuh wanita dengan cara menggelitik itu sangat menggairahkan. Ciuman dan sedotan mulutku menyusuri tubuhnya turun hingga ke pusar, beberapa kali menjilat lubang pusarnya. Sementara tanganku menggelitik dengan nafsu pinggangnya yang sedikit gemuk itu.

Rontaan dan kelojotan lastri sudah tidak aku perdulikan lagi. Mulutku terus menyusur ke bawah dan akhirnya menemukan aroma khas wanita itu. Rambut kemaluan itu kujelajahi dengan mulutku dan terus menggelitik bibir kemaluannya dengan lidahku. Terasa harum aromanya.

Kaki lastri mencoba berontak segera kutahan dengan kupegangi sementara aku duduk di antara kakinya sehingga dia tidak bisa mengatupkan pahanya. Dengan bebasnya aku terus melumat kemaluan itu. Lidahku kadang mencapai ke atas ke daerah selangkangan, aku pun menggelitik sekitar pinggul dan selangkangan lastri.

Rasanya aku tidak puas puasnya menikmati tubuh montok istri wok itu. Baru tersadar kalo lastri yang tersengal sengal mulai menangis, menangis karena merasa sudah tidak berdaya, sudah capek dipermainkan seperti itu.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk mulai memperkosanya, dengan pelan kuarahkan kemaluanku ke bibir vaginanya.

“Hmmppfffff…hhmmppfff…,” terdengar suara di sebelahku

Akupun menoleh dan melihat dengan terkejut bahwa Vie sedang mennduk di depan Wok. Celana wok nampak sudah dipelorotkan entah kapan. Dan celana dalamnya pun sudah turun sampai lutut.

Akupun melanjutkan perhatianku ke tubuh lastri. Dan perlahan batang kemaluanku pun mulai memasuki liang vagina lastri. Terasa sudah tidak seret dan terasa licin banjir.,Ttetapi aku tidak perduli. Aku masukkan terus sehingga sampai terasa mentok, terasa begitu hangat berada di dalamnya.Yang aku lihat sekarang nampak Vie dengan semangat tetap tanpa ekspresi sedang mengocok kemaluan Wok. Batang kemaluan itu dikocok dengan kuat maju mundur sementara Vie juga beberapa kali nampak mengulum ujung kemaluan Wok. Membuat wok juga meronta ronta dalam ikatannya di kursi.

Lastri pun sudah lemas tak berdaya, pasrah dengan apa yang terjadi. Aku mulai gerakan maju mundur memompa liang vagina lastri. Sambil menundukkan kepalaku ke dadanya, menikmati kekenyalan dan kelembutan payudara lastri.

Menciumi lehernya, ketiaknya, dan mengenyot dengan nafsu puting susunya. Gerakan memompa semakin aku percepat. Aku merasa sudah bersimbah dengan peluh keringat. Sama halnya dengan tubuuh lastri yang sudah terasa licin dan lemas itu.

Hanya dalam beberapa menit maka lava dalam kemaluanku bergolak, segera kuhunjamkan dalam dalam ke lubang vagina lastri. Kuremas dengan kuat payudara kanan nya sementara aku mencium mulutnya yang sudah lemas itu.

Dengan sebuah lenguhan panjang akupun mencapai puncak. Terasa sperma yang begitu derasnya memancar dalam lubang vagina lastri. Baru aku merasakan mengeluarkan sperma sebanyak ini, begitu terasa panas dan kuatnya semburan spermaku. Membuat aku hingga sedikit berkunang kunang saking nikmatnya.

Kuhitung sampai tujuh kali semburan spermaku dan akupun berikutnya terbujur lemas menindih tubuh lastri menikmati sisa sisa kenikmatan yang ada. Beberapa saat kemudian aku baru bangkit dari tubuh lastri, dengan sedikit sempoyongan meraih celanaku dan memakainya kembali. Kucium beberapa kali wajah lastri dan kukecup puting susunya. Baru aku kembali menuju sofa bersama Beni yang tersenyum melihat aku.

Sambil menyalakan rokok aku masih melihat Vie yang sedang terus mengocok kemaluan Wok. Melihat Wok yang masih melenguh lenguh menahan kenikmatan. Vie memang aku akui sangat terampil dalam hal itu, sambil tangannya mengocok batang kemaluan.

Tangan satunya nampak mempermainkan buah zakar Wok, dan sesekali mengulum batang kemaluannya. Batang wok pun sudah seperti batang kayu keras yang menegang. Dalam hitungan dua menit berikutnya nampak wok tersengal sengal akan mencapai orgasmenya.

Vie nampak mempercepat kocokannya dan beralih ke sebelah wok. Dengan sebuah lenguhan keras maka wok akhirnya mengalami orgasme. Spermanya nampak muncrat hingga setengah meter ke depan. Disusul dengan semburan semburan berikutnya yang semakin lemah.

Wok nampak terkulai setelah itu, namun yang membuat aku kaget karena Vie malah mempercepat lagi kocokan nya pada batang kemaluan Wok. Walaupun semburan spermanya sudah habis. Kocokan itu akhirnya membuat nya melenguh lenguh tersiksa. Bahkan Vie sengaja meremas remas kepala kemaluan wok, yang membuat nya terkejat kejat.

Akupun Cuma tersenyum melihatnya.

“Udah??…tinggal aja boss…”Kata beni sambil menepuk pundakku

Aku yang merasa bahwa semua sudah cukup akhirnya memutuskan untuk pergi. Aku beranjak berdiri sambil memandang Beni.

“Udah…tinggal saja…aku yang ngurusi.” Katanya lagi

Akupun lalu dengan sengaja melepas penutup kepalaku. Memandang wok yang masih terengah engah. Wok yang melihat aku agak tercekat wajahnya. Tetapi aku sudah tidak takut dengannya.

Dengan senyum sinis akupun bahkan mengacungkan jari tengah pada Wok. Lalu keluar dari ruangan itu menuju parkiran mobilku. Menstater fortunerku dan segera menggebernya ke rumah..

Beberapa hari berlalu akupun mulai menjalani kehidupan seperti biasa, walaupun ingatan akan kejadian pembalasan itu masih membayang di benakku.
Sambil menikmati kopi di meja kerjaku, kuhabiskan waktu sambil chatting di depan laptop dengan teman temanku.

Tiba tiba nada dering sms berbunyi, kulihat dari nomor Beni

Kubaca smsnya….”anggota gerombolan wok sudah aku ketahui pula…kalo masih pengin maen gelitikin lagi …. istri bossnya wok montok juga tuh….kayak vega ngatini……wkwkwkwkwk”

Aku Cuma tersenyum saja tanpa membalasnya….sudahlah aku gak mau ambil pusing lagi.

Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts